Newest Post

// Posted by :Unknown // On :Selasa, 23 April 2013



Sudah… sudah… bel sudah bunyi dari tadi! Ayo kita ke ruang makan,” ajak Cleo
Stella mengangguk lalu mengikuti Cleo yang berjalan menuju ruang makan.
Sesampai ruang makan, mereka segera mengambil jatah catering mereka. Menu makan siang hari ini di Reighina School adalah spaghetti. Dan minumannya jus alpokat (hmmm… ini dia minuman kesukaan Cleo). Serta buah apel hijau yang menjadi pencuci mulutnya.
“Enaknya kita makan dimana, ya?” tanya Stella sambil berjalan keluar dari ruang makan.
“Hmm, di… dekat kolam ikan aja, yuk!” usul Cleo.
“Oke! Ayo kita balapan!” tantang Stella sambil berlari cepat menuju kolam ikan.
“Ekhhh…! Curang! Siapa takut!” seru Cleo seraya mengejar Stella.

Sesampai di kolam ikan, mereka duduk di kursi panjang dekat kolam ikan. Rupanya di dekat ikan banyak yang makan di sana juga. Kebanyakan mereka duduk di atas rumput seperti sedang makan di warung lamongan.
“Delicious…” ucap Cleo.
“Iya, donk. Bibiku gitu…!” kata Stella.
Memang benar, bibi Stella adalah juru masak sekaligus guru masak di Reighina School ini.
“Iya, iya! Kamu sudah sering bilang begitu…” ujar Cleo. Stella nyengir.

Beberapa lama kemudian, halaman di sekitar kolam ikan menjadi sangat sepi. Semua yang tadinya makan di sana sudah pergi. Tinggal Cleo dan Stella ynag masih di sana.
“Cleo! Aku takut kalau sendiri berdua doang! Kita pergi, yuk!” seru Stella ketakutan.
“Ssst! Sudah, deh! Jangan jadi penakut terus!” cetus Cleo.
Tiba-tiba, saat mereka menengok ke belakang, mereka melihat sebuah tongkat di belakang mereka. Rasa penasaran mulai muncul di benak mereka. Mereka mengambil tongkat itu. Dan anehnya saat mengambil tongkat itu, ternyata tongkat itu ada dua buah. Cleo memberiakan salah satunya untuk Stella.
“Tongkat apa ini?” tanya Stella pensaran.
“Tidak tahu… Tapi sepertinya aku pernah melihatnya. Ini sudah tak asing bagiku,” ujar Cleo.
“Benarkah? Cepat katakan!” seru Stella semakin penasaran.
“Ini tongkat Ahana yang di buku Neverland Story. Tongkatnya dua, sama persis seperti ini. Tapi, apa maknanya?” kali ini Cleo ikut penasaran plus bingung.
Stella menggarukan kepala. “Tidak tahu juga,” ucapnya.
Mereka berdua sama-sama bingun dan menatap tongkat itu.

Tiba-tiba, tongkat itu berbicara dengan sendirinya. “Come to this pond at a half past two!
“Maksudnya?” tanya Stella bingung, tetapi suara dari tongkat itu berhenti kembali.
“Kita harus ke kolam ikan ini pada pukul setengah tiga. Berarti pas pulang sekolah, donk!” jawab Cleo.
Teeeet! Tiba-tiba, bel berbunyi. Semua murid sudah kembali ke kelas masing masing. Begitu juga dengan Cleo dan Stella. Mereka meninggalkan tongkat itu di pinggir kolam ikan.

***

Sudah waktunya pulang. Semua murid segera keluar dari kelas dan menuju kamar asrama mereka (sekolah ini berasrama, lho).
Saat keluar dari kelas, Cleo dan Stella ingat perkataan yang tadi tiba-tiba keluar dari tongkat itu. Mereka segera berlari kecil menuju kolam ikan. Sesekali mereka menengok untuk memastikan tidak ada yang mengikuti mereka.
Beberapa saat kemudian, sampailah mereka di kolam ikan tempat Cleo dan Stella menemukan tongkat tadi.
Mereka segera mencari tongkat yang tadi mereka simpan di balik sebuah pohon. Tapi mereka lupa, mereka menaruh tongkat itu di pohon yang mana, karena ada beberapa pohon di sana. Dan akhirnya, mereka menemukan dua tongkat itu.

“Tidak ada apa-apa. Ini,” ucap Cleo seraya memberikan salah satu tongkat pada Stella.
“Cleo… itu!” seru Stella tiba-tiba sambil menunjuk kolam ikan.
“Apa?” teriak Cleo penasaran.
Mereka melihat sebuah cahaya menyialukan keluar dari tengah-tengah kolam ikan. Mereka menutup mata saking silaunya.
Beberapa lama kemudian, cahaya di kolam ikan itu hilang. Mereka berjalan untuk melihatnya.
“Cahaya apa, ya, tadi?” tanya Cleo.
Beberapa saat kemudian, seorang perempuan dewasa keluar dari dalam kolam. Perempuan itu bersayap sangat indah. Bajunya berwarna putih dan memegang tongkat yang putih juga. Mirip bidadari. Sangaaat cantik!
“Si… si… siapa anda? Mengapa anda ada di sekolah kami?” tanya Cleo.
Stella yang ketakutan mengumpat di belakang Cleo.
“Aku Peri Faranittena. Panggil aku Peri Attena. Siapa nama kalian?” perempuan itu balik tanya.
“Aku Cleo, ini temanku, Stella. Peri Attena?” tanya Cleo, sudah agak tidak takut.
“Iya, dan sekarang aku membutuhkan pertolongan kalian,” ucap Peri Attena membuat Cleo dan Stella penasaran. “Tolong kalian pergilah ke Neverland dan ambil mahkota milik Bundaku yang dicuri Peri Ghyiena di markasnya!”
“Tapi bagaimana caranya?” tanya Cleo dan Stella bareng.
“Kalian sudah punya tongkat itu. Itu tongkat dariku. Kalian bisa pergi ke mana saja dengan tongkat itu. Caranya, kalian tinggal mengucapkan mantra sambil menutup mata di hadapan tongkat itu. Contohnya, ‘aku ingin ke rumah nenek di Washington’,” jelas Peri Attena.
“Lalu, kalau itu punyamu, kenapa tidak kamu saja yang menyelesaikan misi rempong ini?” tanya Stella. Cleo menyikut Stella.
“Aku harus mengurus warga-warga yang sedang membutuhkan pertolongan dari Bundaku. Karena Bunda sedang stress karena mahkotanya dicuri,” jawab Peri Attena.
Cleo dan Stella ber-oh panjang.
“Okay, kalau begitu, silahkan kamu kembali, kita akan segera menyelesaikan misi yang rempong ini,” kata Stella. Sekali lagi, Cleo menyikut Stella.
Peri Attena tersenyum, lalu masuk ke dalam kolam ikan lagi. Di mana negerinya? Di bawah kolam ini kali! batin Cleo.

***

“Kita ingin ke markas Peri Ghyiena di Neverland!” ucap Cleo dan Stella bebarengan sambil menutup mata mereka.
Wuuuuzzzz! Mereka hilang dari Taman Fighters dan pergi entah kemana. Saat mereka mereka membuka mata, mereka berada di sebuah tempat yang meraka tidak ketahui.
“Markas Peri Ghyiena?” tanya Stella agak keras.
“Sssst! Kalau iya, kamu diam saja!” bisik Cleo.
Mereka menutup mata lagi.
“Kami ingin masuk ke tempat Peri Ghyiena menyimpan mahkota milik Bunda Peri Attena,” ucap mereka.
Mereka kembali membuka mata dan mereka berada di sebuah tempat. Mereka melihat sebuah mahkota yang ditutupi kaca tebal.
Pandangan Stella terpaku pada sebuah batang kayu. Stella mengambilnya.
PRANG! Stella memecahkan kaca yang menutupi mahkota Bunda Peri Attena.
“Stela…!” seru Cleo pelan dengan perasaan kaget.

Stella hanya berdiri sambil diam dan memegang batang kayu itu. Ia tak sadar dengan apa yang dilakukannya tadi.
Akhiranya Stella tahu maksud Cleo tadi marah padanya. Peri Ghyiena pasti mendengarnya! Cleo dan Stella khawatir. Mereka pun segera menyiapkan tongkat mereka untuk pergi dari tempat itu. Namun, saat mereka hendak mengatakan tempat yang mereka tempati, tongkat itu direbut oleh seorang peri yang terbang di ruangan itu.
“Siapa kamu?!” tanya Cleo.
“Harusnya aku yang tanya! Mau apa kalian di sini?! Ini markasku! Pasti kalian mendapatkan tongkat ini dari Peri Attena, kan?!” seru peri itu.
Dalam hati, Cleo dan Stella menebak bahwa peri itu pasti Peri Ghyiena.
“Kau pasti Peri Ghyiena?! Aku Stella, dan ini temanku Cleo. Senang berkenalan denganmu,” ucap Stella.
“Hei! Aku tidak meminta kamu mengatakan namamu dan nama temanmu! Aku hanya tanya, kalian mau apa di markasku?!” seru Peri Ghyiena dengan nada sangat tinggi.
“Kami mau mengambil mahkota itu!” kata Stella seraya menunjuk mahkota yang penutupnya sudah pecah.
“Tak bisa! Sekarang! Kukunci kalian di tempat ini! Dan tongkat ini akan kusita!” seru Peri Ghyiena. Ia mengambil mahkota Bunda Peri Attena. Lalu membawa mahkota dan dua tongkat itu pergi.

BRAK! Pintu ruangan yang amat besar itu tertutup. Stella berlari menuju pintu itu. Ia berusaha membuka pintu itu. Namun, tak ada hasilnya. Pintu itu tidak terbuka sama sekali.
Stella menyerah. Ia pun duduk dan menyenderkan punggungnya di tembok. Cleo tersenyum kecut melihat Stella. Seharusnya aku tak mengajak Stella makan siang di kolam ikan waktu itu, pikirnya.

***

“BUKA PINTUNYAAA!” seru Stella sambil mendobrak-dobrakan pintu besar.
Sudah tiga hari mereka di dalam ruangan tersebut. Mereka sama sekali belum makan.
Tiba-tiba, Cleo melihat sebuah tombol berwarna biru. Di atas tombol itu ada tulisan ‘Opening / closing of atutomatic the doors’. Cleo tercengang membacanya. Ia segera berlari dan memencet tombol itu.
Perlahan-lahan, pintu itu terbuka. Mereka bersorak gembira.
Saat keluar dari ruangan itu, mereka melihat dua tongkat yang tergeletak di kursi panjang. Mereka segera berlari mengambil tongkat itu. Mereka menutup mata sambil mengucapkan “Kami ingin ke negeri Peri Attena!”.
Mereka membuka mata. Mereka begitu senang ketika melihat sebuah negeri yang semua penduduknya adalah peri. Dan mereka lebih senang ketika mereka melihat Peri Attena.
“Peri Attena!” seru Cleo dan Stella.
“Cleo! Stella!” Peri Attena mendektai Cleo dan Stella.
“Peri Attena, maafkan kami, ya… kami tidak bisa merebut kembali mahkota Bundamu. Karena kami juga butuh waktu,” sesal Cleo sambil menundukan kepalanya.
“Tenang, aku sudah mendapatkan mahkotanya. Tapi, aku tetap salut pada kalian yang berhasil berjuang selama tiga hari. Meskipun pada akhirnya, kalian tidak berhasil. Kutahu, kalian juga butuh banyak waktu untuk kepribadian kalian. Jadi aku putuskan untuk mengambil mahkota ini duluan.”
“Terimakasih, Peri Attena.”
“Terimakasih juga, Cleo, Stella…”
Cleo dan Stella pun langsung pergi kembali ke rumah mereka masing-masing menggunakan tongkat yang diberi Peri Attena.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

// Copyright © Fujiwara Asuka //Anime-Note//Powered by Blogger // Designed by Johanes Djogan //